Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menjadi Petani Milenials, Ini yang Kulakukan

Dalam beberapa kesempatan sering kita temukan pembahasan terkait petani milenials yang konon kurang diminati. Tidak ingin membantah atau mengamini, saya pribadi secara tidak langsung pun membantah karena secara de facto telah masuk dalam kategori ‘petani milenials’ tersebut.

petani milenials
suer ini hasil kebunku sendiri

Alasannya sederhana, sejak memutuskan ikut suami pulang kampung. Sebelumnya suami bekerja di BSD Tangerang dan kini kami tinggal di Jogja.

Kebetulan di belakang rumah masih ada lahan kosong dan saya isi dengan beberapa tanaman sayuran dan buah. Mulai dari bayam, kenikir, labu, cabai, tomat, pisang, hingga pepaya ada semua.

Selain itu ada juga tanaman hias di sepanjang pinggir batas tanah. Pada awalnya kegiatan bertani ini hanya sebatas untuk menjawab rasa iseng saja.

Namun seiring berjalannya waktu kok cukup menghasilkan. Bila tidak dijual tentu hasil panen kita nikmati sendiri.

Tahu dong ya, kualitas buat dan sayur tanpa pestisida. Terlebih dalam prosesnya, dipetik langsung dimasak. Pastinya lebih segar karena tidak ada jeda kena angin.

Hari Menanam Pohon Indonesia

Sebelumnya saya tidak pernah tahu bila tiap tanggal 28 November diperingati sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia. Dan saya baru tahu saat mengikuti zoom bareng dermafarm.id pada 30 November 2022 lalu. 

Waktu yang bisa digunakan menjadi pengingat bahwa bumi tak muda lagi dan butuh peran aktif semua pihak untuk tetap menjaganya.

Salah satu cara yang paling mudah untuk menjaga bumi tentu saja dengan menjaga alam yang ada. Selain itu dengan menambah jumlah pohon agar bumi tidak semakin panas.

Mulai lakukan hal yang paling kecil. Tidak perlu menunggu perintah atau instruksi, tiap individu harus sadar diri bahwa tiap orang bisa membawa perubahan.

Pertanyaan selanjutnya berapa orang diantara kita yang telah berani dan atau melakukan tanam pohon. Jangan karena alasan keterbatasan lahan kemudian mengatakan pihak.

Kini telah ada inovasi yang bisa dilakukan. Memastikan tiap individu untuk sama-sama berkontribusi aktif dalam menjaga bumi.

Memperkenalkan Urban Farming

Bagi siapa saja yang tinggal di kota atau mereka yang minim lahan maka ada baiknya mencoba teknik urban farming. Teknik ini telah banyak dicoba dan mereka berhasil. Bukan hanya tentang menghijaukan tapi juga memberi keuntungan dari sudut pandang ekonomi.

Tanaman yang dibudidayakan pun tidak terbatas. Baik itu tanaman untuk kebutuhan pangan / konsumsi atau tanaman untuk pehobi / bisnis. Hanya saja kemudian teknik atau strategi detailnya yang butuh perhatian khusus.

Sosok yang telah berhasil dan sukses dalam urban farming ini salah satunya ada Angga Diandry yang tak lain adalah founder @ibukita.kebun. Pria berbadan kekar ini mampu membuktikan keterbatasan lahan bukan alasan untuk tidak menjadi petani milenials.

Di lahan roof top rumahnya, yang tidak lebih dari 90 meter persegi ia bercocok tanam. Mulai dari pakcoy, kale dan selada ia tanam. Dan hasilnya cukup menggembirakan terutama saat dalam satu waktu bisa panen 22kg pakcoy dan untuk 1kg bisa dihargai Rp 80.000,-.

Petani Sukses Demfarm

Kini siapapun yang ingin menjadi petani tidak sesulit dulu. Keterbukaan dan kemudahan akses informasi begitu mudah didapat.

Ingin belajar tentang teknik budidaya dan seluk beluknya kini sangat mudah. Cukup buka Demfarm.id dan kita akan langsung tahu solusinya. Paling penting dalam setiap pengambilan keputusan ada data akurat.

Demfarm sebagai media atau website yang konsen akan dunia pertanian tanah air memberi banyak informasi. Mulai dari tips bercocok tanam hingga kiat mereka yang telah sukses menjadi petani di tanah air.

Situs ini senantiasa berkomitmen memberi informasi dan edukasi seputar dunia pertanian, pupuk hingga info pangan. Menjadi referensi terpercaya bagi mereka yang ingin menjadi petani sukses.

Posting Komentar untuk "Menjadi Petani Milenials, Ini yang Kulakukan"